Selasa, 04 Juni 2013

First Love


Love.. ya, kata-kata itu yang saat ini mengganggu pikiran ku. Entah kenapa dia selalu membuntuti dan tak pernah mau pergi dari pikiran ini, seakan dia telah menyatu oleh perasaan dan hati ku.
            Semua berawal dari pertemuan kita yang memang tidak pernah disengaja atau pun terencana. Di awal pertemuan dia tampak biasa saja dan tak ada yang spesial darinya, namun lambat laun setelah pertemuan itu terjadi berkali-kali akhirnya rasa itu mulai tumbuh. Seperti pepatah orang jawa bilang "tresno seko kulino" yang artinya cinta tumbuh karena telah terbiasa. Yap, finally dia berhasil mencuri perhatianku, mulai dari cara bicaranya, sifatnya, cara berpakaiannya semua tampak sangat menggagumkan, dan akhirnya aku menyukainya. Sedikit demi sedikit perasaan itu mulai terpupuk oleh setiap perhatiannya, ucapannya, dan sesekali dengan rayuan gombalnya, dan wanita mana yang tidak luluh, jika sang pujangga mulai melontarkan kata-kata manisnya. Dengan berjalannya waktu kami terus membangun hubungan ini, hubungan dimana kami saling mengenal satu sama lain, memahami semua kekurangan masing-masing, kami pun sering juga bertengkar kecil hanya karna masalah sepele. Akhirnya suatu hari aku memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa yang sudah lama ku pendam ini. Tidak melalui bertatap muka, karna aku belum berani untuk menggunkapkan nya secara langsung. Aku mengumpulkan keberanian, ku ambil handphone dan aku mulai mengetik pesan singkat. Seperti ini kira-kira pesan yang kubuat : "Ka, aku mau bilang sesuatu ke kamu. Selama ini aku nyimpen perasan ini sendiri, dan aku mau bilang kalo aku suka sm kakak." dengan perasaan gugup ku pencet tombol send yang ada di layar handphone ku. Tidak beberapa lama kemudian aku mendengar nada dering sms berbunyi yang tandanya ada pesan balasan. Dengan sangat gugup aku membaca isi pesan tersebut, aku membacanya dengan sangat hati-hati, ku ulangi berkali-kali dan ku cerna dalam-dalam pesan itu. Aku terlamun dan perlahan air mata ini pun jatuh, sungguh tak dapat kupercaya. Bukan karna dia menolak ku, namun kenyataannya selama ini dia hanya menggangapku sebagai seorang adik, ga lebih.
            Entah aku yang terlalu bodoh, atau terlalu naif, yang jelas aku salah mengartikan semua perhatiannya selama ini. Hufthh, seandainya dari awal dia berkata seperti itu, mungkin aku tidak akan punya perasaan itu. Aku malu, ya aku malu, apalagi setelah kejadian aku mengirim pesan kepadanya, dia masih saja mengkhawatirkan perasaanku. Sebenarnya dia tidak ingin menyakitiku dan dia berusaha mencairkan suasana seperti tidak terjadi apa-apa diantara kami. Dua minggu berlalu kami kembali bertemu dengan keadaan yang sedikit berbeda, dia sedikit canggung namun dia  berusaha kembali menegurku dengan candaan-candaanya, namun itu tak mampu mengobati rasa sakit di hatiku. Ku putuskan mulai hari ini aku akan berhenti menghubunginya, menghapus semua pesan-pesan manis yang pernah dia kirimkan untukku, menghapus nomer handphonenya dan yang terpenting membuang jauh kenangan-kenangan manis dimana saat itu kami berdua bergandengan tangan, makan bersama, bersenda gurau bersama. Kini semua kenangan manis itu menjadi pahit bagiku. Aku berusaha melupakannya, mencoba untuk tak menggingatnya lagi. Dia berhasil membuatku sedikit kehilangan kewarasanku, dan dia berhasil meninggalkan luka di hatiku.
           Kini ku mulai merajut kembali benang-benang yang sempat kusut, mencoba menata rapi pecahan-pecahan luka perih yang sudah lama bertebaran, dan aku kembali menghidupkan semangatku yang sempat redup. Terasa sulit memang, karna baru dialah cinta pertamaku. Cinta yang kupikir akan berakhir indah, yang kupikir akan mewarnai perjalanan hidupku, namun kenyataanya tak begitu. Kini dia telah bersama yang lain, membangun kisah indahnya sendiri. Ketahuilah, aku sungguh menyukaimu dan perasaanku benar-benar tulus kepadamu, sampai saat ku menuliskan kisah ini pun aku masih memikirkanmu. Terimakasih my first love, aku berharap engkau bahagia dengan pasanganmu, dan aku disini akan selalu mendoakan mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar